Kamis, 29 Maret 2012

Cerpen_Q

I choose to love U

Kakiku masih terasa sakit akibat kecelakaan tempo hari, sampai saat ini akupun tidak tahu siapa yang  waktu itu menabrakku dengan sepeda motor. Yang kuingat hanya seseorang memakai jaket hitam, helm putih dengan mengendarai  ninja warna merah.
                  Tita “ , mama memanggilku.
                “ ya, ma ada apa?”
                “ ada kado untukmu.”
                “dari siapa ma?” dengan terpincang-pincang kupaksakan kakiku untuk turun tangga.
                “ entahlah, tak ada nama pengirimnya.”
                Mama memberikan kado itu padaku, kado itu begitu cantik dengan bungkus warna pink dan pita yang berwarna senada. Kubuka perlahan kado itu, didalamnya ada sebuah gantungan Hp teddy bear mungil dan  sepucuk surat dari pengirimnya. Aku penasaran siapa pengirimnya, dengan tergesa-gesa kubuka amplop surat itu.

                Maaf …
                Aku tidak bermaksud untuk menabrakmu waktu itu…
Bukannya aku tidak mau bertanggung jawab
tapi ada hal penting yang harus aku lakukan waktu itu
Sekali lagi aku minta maaf…

Mr. Bear

Aku mendengus kesal, dasar pecundang kenapa tidak langsung minta maaf saja. Nggak penting banget . Kulemparkan  surat tidak penting itu ke lantai.

***

Pagi itu Mama menyuruhku untuk berangkat sekolah, mama bilang kakiku sudah tidak papa dan hanya perlu sedikit pemulihan. Aku menuruti kata-kata mama.
Berjalan dengan sedikit gontai aku menuruni tangga, mama dan papa telah menunggu dimeja makan.
“ Pagi sayang “
“ Pagi juga “
“ Mau makan roti atau nasi goring, ta??”
“ Roti aja, ma.”
                Akupun  meraih segelas susu , mama memberiku roti yang telah diberi selai kacang kesukaanku.
                                “ Ta, papa antar yha??”
                “ iyalah pa, masak papa tega biarin putri papa yang cantik ini berangkat sekolah       dengan kaki sakit ,” jawabku sambil tersenyum.

Mobil berwarna merah keluar dari garasi, papa dan aku berangkat menuju sekolahku.
Aku kangen temen-temenku terutama  Rena sahabatku, itu hal pertama yang terlintas dipikiranku ketika aku menginjakan kakiku di depan gerbang sekolah. Dengan kaki yang masih terbungkus perban aku melangkah menuju ruang kelas.

                Di kelas  terlihat Rena sedang sibuk membaca novel.
                                “ hai, na.”
                                “ Tita, loe dah sembuh ?”
                                “ Seperti yang loe lihat.”
Tanpa diberi aba-aba akupun duduk disamping Rena. Sejak kecil aku telah bersahabat dengan Rena, dia adalah sahabat terbaik yang pernah aku punya. Aku beranjak dari tempat dudukku tetapi Rena memegang erat tanganku wajahnya terlihat bersalah.
                                “ Ada apa ,na?”
                                “ Maaf ta, dari kemarin aku mau bilang ini cuma aku takut kamu kecewa,” Rena menelan ludah.
                                “ Emangnya ada apa sih, na?”
                                “ Gini waktu kamu nggak berangkat ada murid baru masuk, Pak Jono nyuruh dia duduk disini, Maaf banget ya ta..”
                                “ loe gimana sih na, ya udahlah”,aku melangkah pergi menuju meja paling belakang.
                Dasar,  itu namanya sahabat umpatku dalam hati. Tiba- tiba ada cowok masuk, gayanya sok ok menurutku, dia memakai  jaket hitam dan topi berwarna senada.
                Dia duduk disebelah Rena, Oo itu murid barunya,gumamku. Tampang pas-pasan gitu aja sok banget. Pak Jono masuk kelas.
”Pagi anak-anak.”
“Pagi pak,jawab kami serempak.”
“ rupanya Tita sudah berangkat, gimana ta udah ngrasa baikan?.”
“ baik,pak.”aku melihat cowok itu menengok kearahku.
                Tatapannya begitu dingin, aku hanya membalas dengan senyuman yang kupaksaan. Siapa sih namanya, aku bertanya pada dewi teman sebangkuku. Cowok baru itu, namanya Rio. Oo, gumamku.

Tett.. tett.. tett..
                Bel pulang sekolah berbunyi, dengan kaki terpincang-pincang aku melangkah keluar kelas belum jauh aku melangkah keluar kelas aku melihat Rena sedang ngobrol dengan cowok baru itu, Dasar cewek genit pikirku.

                Kurebahkan tubuhku kesofa ruang tamu, rasanya hari ini begitu lelah. Baru hari pertama aku kembali kesekolah banyak masalah menghampiri .
***
                Di taman sekolah aku membaca novel yang baru aku beli kemarin, tiba-tiba dari belakang ada seseorang menyentuh pundakku. Dengan cepat aku menangkis tangan itu.
                “ siapa kau?” aku menoleh kearahnya
                “ aku rio”
                “ ada urusan apa kau kesini?”
                “aku fikir kau perlu teman, dari kemarin kau hanya sendirian saja.”
                “ apa urusanmu, kenapa kau tidak berduaan bersama rena?”
                “ rena, dia sedang ke perpus”
                “ siapa peduli”
Kulangkahkan kakiku menjauh darinya, tapi langkahku terhenti tangannya menarik tanganku. Terlihat dengan jelas gantungan Hp cowok itu adalah sebuah boneka mini Teddy Bear, aku tertegun. Aku berdebat dengan hatiku mungkinkah dia pengirim hadiah misterius itu?, aku menggeleng-gelengkan kepalaku ,tidak mungkin.
Akhirnya aku bisa terbebas darinya, nafasku tersengal-sengal akibat berlari-lari. Kakiku masih terasa sakit, aku memegang kaki kiriku yang terluka ada darah keluar membasahi perban. Aku meringis kesakitan, rio melangkah kearahku tanpa bicara sepatah katapun ia menggendongku ke UKS.
“ turunkan aku”
“ tidak sampai kau diobati”
“kubilang turunkan aku”
Rio hanya diam mendengar gertakanku, ia tetap membawaku ke UKS.
***
Pagi itu rena mengajaku bicara, ia bilang maaf. Tapi aku hanya diam tanpa mengatakan sesuatu.
‘Maaf rena sebenarnya aku tidak marah padamu aku hanya perlu waktu untuk sendiri, ucapku sembari pergi.’
                Aku berada sendirian kelas, aku membuka tasku kuambil gantungan teddy bear itu. Mungkinkah ini dari Rio? Kuambil Hp dalam saku kugantungkan boneka teddy mini itu di Hpku, aku berharap dengan begitu aku bisa menemukan siapa pengirim kado misterius itu.
                “ kau sedang apa disini sendirian?” Rio menghampiriku
                “ apa urusannya denganmu?”
                “ Ta, kenapa sih sikapmu kayak gitu ma aku emangnya aku punya salah apa ma kamu.”
                “ yang loe tau,  loe buat gue jauh sama sobat gue.”
                “ gua nggak maksud gitu ta”
Belum sempat Rio menjelaskan aku sudah melangkah keluar.

Tita nonton tv di ruang keluarga saat Rena datang, seperti biasa karna sudah dianggap keluarga sendiri Rena langsung masuk dan duduk disamping Rena seketika Tita pun terkejut dengan kedatangan Rena.
“ ngapain loe kesi ni?”
“ ta, aku kesini cuma ingin minta maaf aja”
“ loe gak perlu minta maaf kok”
“jadi loe dah maafin gue ta?”
“siapa bilang ?”
“ jadi?”
“ia, gue maafin na, lagian loe nggak salah kok”
Mereka berdua pun berpelukan akhirnya persahabatan mereka yang sudah terjalin sejak kecil tidak hancur.
“ na, sebenernya loe ada hubungan apa sama Rio?”
“ mang kenapa?, loe cemburu ta?”
“ idihh. Ya gaklah ngapain coba?”
“jujur aja kali ta, ... gue thu nggak ada hubungan apa-apa kok sama Rio jadi loe nggak usah takut kehilangan dia,hehe”
“ apaan sih lo na.”
***

Aku sejak awal memang telah menyukai Rio, entah kenapa sejak pertama melihatnya jantungku berdegup dengan kencang. Saat ini aku hanya berharap dia juga merasakan hal yang sama. Sebenarnya aku masih penasaran dengan orang yang membuatku merasakan rasa sakit ini, jika aku bertemu dengannya aku berharap bisa memberinya pelajaran dan aku takkan pernah memberinya kata maaf.


Aku melangkah menuju kelas, dengan terburu aku duduk dimejaku. Sepucuk surat kulihat ada diatas mejaku.
                Kafetaria
                19.00 WIB
Aku clingukan mencari-cari siapa yang menaruh surat ini dimejaku tapi tak kutemukan seoarngpun ada disana.




Jam 19.00
Aku  ragu untuk datang tapi aku penasaran. Dengan ragu aku memutuskan untuk datang, dengan pakaian casual akupun ke kafetaria. Baru selnagkah aku memasuki kafetaria toba-tiba ada seorng pelayan mendekatiku.
“ mbak Tita ya”
“ ya, “
“mbak langsung ke meja nomor 5 saja”
“ oh yha makasih”

Meja nomor 5, aku menunggunya dengan hati berdegup kencang. Tiba-tiba setangkai mawar merah berada didepan wajahku, aku melihat dengan jelas wajah itu Rio, ya Rio.
Aku langsung berdiri dan mendorong tubuhnya.
“ ngapain loe disini?”
“ ta, gue mau ngomong sebentar”
“apa peduli gue”
“ maaf”
Aku menghentikan langkah kakiku,
” aku mau jujur ta ma kamu, sebenernya yang nabrak kamu waktu itu aku ta.”
“ oO kamu, dasar orang gak bertanggung jawab”
“ maaf ta, bukannya aku mau lari dari masalah tapi ada hal yang penting yang harus aku lakuin”
“ alasan”
Aku melangkah pergi tanpa mendengar alasan darinya.


Kuhamburkan tubuhku diatas kasur
“dasar pecundang jadi selama ini loe yang udah buat kakiku jadi kayak gini, pokoknya gue nggak mau ketemu ma loe lagi Rio.”
Aku menangis mengapa harus dia yang kucintai yang membuat terluka sepert ini.

Kejadian malam itu masih menjadi bayang-bayang dalam pikiranku. Rasanya aku tak bisa menghempaskan dia dari hatiku. Lamunanku buyar, rena mengagetkanku dari belakang.
“ ada apasih ta?”
“mmm”
“ loe knapa?”
Aku tetap diam
“kalau loe emang suka sama Rio bilang aja ta,.. sebenarnya gue dari awal udah tahu kalau Rio yang nabrak loe waktu itu, dia pindah ke sekolah ini demi loe ta,,”
“ jadi slama ini loe nutupin ini semua dari gue”
“ gue nggak maksud gitu, waktu itu rio sempet kerumah sakit tapi loe dah pulang, jadi dia minta alamat loe dari resepsionis rumah sakit dan dia cari-cari informasi tentang loe”
“ sekarang rio dimana, na?”
“ dia ada taman “


Ditaman Rio sedang membaca novel, dengan hati-hati aku melangkah mendekatinya. Aku menepuk pundaknya pelan,
“ Rio”
“ tita, aku...”
“ udahlah io”
“ tapi tetep mau njelasin ini semua ma loe kasih gue kesempatan untuk njelasin ta.”
“ baiklah kalau itu mau loe”
“ sebenernya waktu itu gue kerumah sakit tapi loe udah pulang, pada saat yang sama mama gue masuk ICU jadi  gue harus cepet-cepet nemuin  mama gue ta.”
“ udahlah, gue dah maafin loe kok, makasih buat gantungan teddy bearnya”
“ aku juga punya ta, sama kan?”
“lucu ya”
Deg .
“ ta, gue cinta ma loe” “ would you be my girlfriend?”
Diam
‘’ta..”
Aku hanya mengangguk , Rio mendekap ku begitu erat.

Kebahagian itu kini menghinggapiku dan aku bisa merasakan bila dia tulus denganku.

                               


                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar